Ini bukan matakuliah ilustrasi atau gambar suasana, tapi matakuliah bahasa rupa, ini dia ciri khas asli teknik gambar dari orang-orang dulu asal Indonesia, hanya 1 bidang gambar, tanpa frame, semua ruang waktu ada di bidang gambar itu, kita harus seolah-olah berfikir seperti anak kecil yang baru belajar gambar.
Karna tugasnya kita disuruh membuat cerita gambar dengeng apapun di Indonesia dengan teknik RWD, dan disini saya memilih cerita rakyat sangkuriang, Tangkuban Perahu asal Jawa Barat, Bandung.
ini ceritanya :
Pada jaman dahulu, tersebutlah kisah seorang
puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi.
Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi
nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar
berburu. Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang,
anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu,
bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga
bapaknya.
puteri raja di Jawa Barat bernama Dayang Sumbi.
Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi
nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar
berburu. Ia berburu dengan ditemani oleh Tumang,
anjing kesayangan istana. Sangkuriang tidak tahu,
bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga
bapaknya.
Pada suatu hari Tumang tidak mau mengikuti perintahnya untuk mengejar hewan buruan.
Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan. Ketika kembali ke istana,
Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya.
Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu.
Tanpa sengaja ia memukul kepala
Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya.
Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi
mengembara.
Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya.
Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi
mengembara.
Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat
tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan
selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi. Setelah bertahun-tahun mengembara,
Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke tanah airnya. Sesampainya disana,
kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain
adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang
melamarnya. Oleh karena pemuda itu sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona
padanya.
Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi
untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat
bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi
merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan
wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan. Maka kemudian ia mencari daya upaya untuk
menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia
meminta pemuda itu untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang
untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberang sungai itu. Kedua syarat itu
harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing. Malam itu Sangkuriang melakukan tapa. Dengan
kesaktiannya ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk
membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi
pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut.
Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar
kain sutra merah di sebelah timur kota. Ketika menyaksikan warna memerah di timur
kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya.
Ia sangat marah oleh karena itu berarti ia tidak dapat memenuhi syarat yang diminta
Dayang Sumbi.
Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama "Tangkuban Perahu."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar